Stereotip Masyarakat Terhadap Jurusan Yang Sering Dipandang Sebelah Mata

Budaya Penulis Akhadatul Syabatan Ananda Basri
Selasa, 6 Mei 2025 - 09:45
Gambar Berita
Winnicode Officials

Pandangan meremehkan terhadap jurusan yang diambil tetap didapat sekalipun berkuliah di universitas ternama. Mendapati banyaknya perspektif orang sekitar ketika mereka berganti pertanyaan perihal jurusan apa yang dipilih. Hal tersebut memunculkan ekspektasi tinggi terhadap jawaban yang akan mereka berikan. Mendengar jawaban dari mereka, tidak sedikit orang yang mempertanyakan kembali dengan nada meremehkan, seperti bagaimana peluang kerjanya nanti? Bagaimana karir kedepannya nanti?

Mengkhawatirkan karier atau pekerjaan di masa yang akan datang, banyak orang memilih jurusan kuliah yang dirasa memiliki prospek kerja yang meyakinkan dan terjamin masa depannya. Adapun sebagian orang tua yang masih melarang anaknya untuk masuk jurusan yang mereka inginkan. Alih-alih melarang, orang tua yang sejatinya membimbing dan mendidik sebagai panutan anak, karena beralasan perihal pangkat atau gelar orang tua yang harus diturunkan ke anak mereka demi menjaga nama baik keluarga. Sedikit adanya kebenaran tentang kadar otak seorang anak akan terhubung dengan profesi orang tua.  

Mahasiswa yang mengambil jurusan yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat akan dihadapkan pada stereotip yang mungkin menganggap jurusan tersebut sebagai pilihan yang kurang praktis atau kurang menguntungkan secara finansial, misalnya jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jurusan ini sering dianggap tidak memiliki prospek kerja yang menjanjikan. Padahal, ilmu-ilmu yang diajarkan pada jurusan ini nantinya dapat berguna dan menjanjikan, karena lulusan dari jurusan ini sangat memahami seluk beluk dunia sastra, tulis-menulis hingga budaya Indonesia. Namun, pandangan ini seringkali didasarkan pada ketidakpahaman masyarakat terhadap kompleksitas dan nilai yang dimiliki oleh bidang dalam jurusan yang diambil mahasiswa. Jurusan yang dipilih bukan semata-mata hanya agar diterima di perguruan tinggi negeri, melainkan karena minat dan bakat yang dimiliki.

Bahasan mengenai prospek jurusan di perguruan tinggi tidak luput dari perhatian menimbang stigma yang melekat dalam masyarakat sekitar yang sering memberikan stereotip dan seakan menuntut untuk menjadi sosok yang ada dalam ekspektasi mereka. Bukan perkara yang besar memang, tapi hal-hal semacam ini membuktikan eksistensi jurusan sastra, arkeologi, sejarah, seni, antropologi dan sebagainya yang absen dari perhatian masyarakat luas. Apalagi di lingkungan keluarga ketika kumpul keluarga menjadi salah satu momentum yang paling berat jika sudah membicarakan topik mengenai jurusan kuliah.