Tahukah Kamu? Belajar di Alam Terbuka Bisa Tingkatkan Konsentrasi hingga 27%, dan Kini Mulai Diterapkan di Sekolah di Jawa Barat

Fakta Ilmiah Penulis Syifa Raudhatul Jannah
Jumat, 16 Mei 2025 - 16:10
Gambar Berita
Winnicode Officials

Bandung - Tahukah kamu bahwa belajar di luar kelas, seperti di kebun, taman, atau sawah, bisa meningkatkan konsentrasi siswa hingga 27%? Temuan ini berasal dari riset yang dilakukan oleh University of Michigan (2019), yang menyatakan bahwa siswa yang terpapar aktivitas pembelajaran berbasis lingkungan memiliki kemampuan fokus dan daya ingat lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang hanya belajar secara konvensional di dalam ruang kelas.

Menariknya, pendekatan ini tidak lagi sebatas teori. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, telah mulai menerapkan model pendidikan berbasis lingkungan dan kearifan lokal di sejumlah sekolah. Kebijakan ini menjadi bagian dari upaya membangun karakter siswa melalui pembelajaran yang lebih kontekstual dan membumi.

Apa itu Pendidikan Berbasis Lingkungan?

Pendidikan berbasis lingkungan bukan berarti sekadar belajar di luar ruangan, tetapi melibatkan aktivitas nyata yang berhubungan dengan kondisi sekitar. Misalnya, siswa di daerah pertanian akan belajar tentang tanaman lokal dan cara merawatnya. Di daerah pengrajin seperti Tasikmalaya, siswa diajarkan membuat anyaman bambu sebagai bagian dari pelajaran seni dan keterampilan.

Menurut NEEF (National Environmental Education Foundation, 2020), pembelajaran berbasis lingkungan membantu siswa meningkatkan empati sosial, kesadaran ekologi, serta kemampuan pemecahan masalah. Bahkan, program seperti ini telah diterapkan di beberapa negara Skandinavia dengan hasil signifikan dalam perkembangan kognitif dan emosional anak. “Saat siswa berinteraksi langsung dengan alam dan kehidupan sosial di sekitarnya, mereka tidak hanya belajar materi pelajaran, tapi juga belajar tentang hidup,” ungkap Prof. Lilis Suriani, pakar pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia.

Implementasi di Jawa Barat

Dedi Mulyadi dalam beberapa bulan terakhir telah mengeluarkan kebijakan untuk mengganti kegiatan study tour mahal dengan wisata edukatif lokal yang lebih terjangkau dan bermakna. Selain itu, ia meminta sekolah untuk mengintegrasikan kegiatan seperti pengelolaan sampah mandiri, pertanian urban, dan praktik ekonomi lokal ke dalam pelajaran. Misalnya:Di Purwakarta, siswa diajak mengelola sampah sekolah menjadi kompos. Di Cianjur, siswa memelihara tanaman dan ayam sebagai bagian dari pelajaran IPA.Di Subang, siswa dikenalkan dengan sistem pertanian padi organik.